Jadi, saya introvert.
Punya beberapa sahabat yang introvert juga. Baru-baru ini, saya baru
bertemu salah satunya dan diskusi semalaman tentang hal ini.
Pemahaman
yang umum tentang introvert/ekstrovert itu biasanya: introvert = tertutup,
pendiam, dan penyendiri; sedangkan esktrovert = terbuka, supel, dan aktif. Sebenarnya,
pemahaman semacam ini salah kaprah. Ada introvert yang banyak bicara dan aktif
berkegiatan, sementara ada juga ekstrovert yang jarang/sulit berbaur dengan
orang-orang walaupun sebenarnya ingin.
Lantas,
apa dong sebenarnya definisi introvert/ekstrovert? Simpelnya begini: seorang
introvert mencari dan mendapat validasi dari sumber internal, sedangkan seorang
ekstrovert mencari dan mendapat validasi dari sumber eksternal (*kamus Merriam
Webster, bersumber dari pemikiran Carl Jung). Ehm, itu nggak simpel ya? Oke,
berikut penjelasan lebih detail.
Seorang
introvert cenderung mengkonstruksi prinsip hidup sendiri dan memperoleh
kepuasan hidup lewat standar yang ia tentukan sendiri. Sementara, seorang
ekstrovert cenderung menyesuaikan prinsip hidupnya berdasarkan dunia eksternal
di sekelilingnya dan memperoleh kepuasan hidup dari pengakuan publik akan
eksistensinya. Nggak ada yang benar atau salah antara kedua hal itu; yang
penting adalah kita dapat mengidentifikasi yang manakah kita dan
mengembangkannya ke arah yang positif.
Karena
saya introvert, jadi saya akan lebih banyak bahas tentang introversi di sini.
Ini agak penting, karena saya rasa mayoritas orang di Indonesia adalah
ekstrovert. Jadi, saya dan teman introvert saya sering merasa seperti “orang
aneh”, hehe. Banyak pula sepertinya orang “introvert murtad” yang terpaksa
mengikuti arus extrovert di sekelilingnya biarpun sebenarnya hatinya berontak.
Berdasarkan pembahasan saya dan teman saya, berikut ini poin-poin yang paling
kami rasakan sebagai introvert (ingat, ini sifatnya tidak ilmiah atau empiris
atau apapun itu. Ini murni hanya hasil observasi, perenungan dan diskusi):
~Nggak
salah kalau introvert dibilang menikmati kesendirian, tapi bukan otomatis
berarti mereka anti-sosial dan terus-terusan asik dengan diri sendiri. Saya
sendiri dapat menikmati interaksi sosial dan punya kebutuhan untuk itu, TAPI ada (banyak) saat di mana
saya butuh waktu dan ruang pribadi. Ada banyak aktivitas yang saya lebih suka
lakukan sendiri. Waktu kesendirian itu
penting, karena saat itulah saya benar-benar dapat menjalin ide dalam kepala, mengembangkan
imajinasi, dan terutama memproduksi sesuatu.
~Saya
lebih menyenangi interaksi sosial yang sifatnya lebih intim (*berjumlah
sedikit) daripada ramai-ramai. Sekali lagi, ini bukan berarti saya membenci
keramaian. Hanya masalah preferensi. Bicara berdua, misalnya, terasa jauh lebih
nyaman dan akomodatif daripada bicara dengan banyak orang yang kepribadian dan
minatnya berbeda-beda. Kalau bertemu dengan orang lain yang
punya kecocokan dalam minat dan kepribadian, saya bisa betah ngobrol sampai
berjam-jam.
~Saya
susah basa-basi dan beramah-tamah. Sulit untuk menerapkan etika-etika sosial
yang nggak tertulis, apalagi sewaktu ingin mengerjakan sesuatu atau kepada orang
yang belum dikenal. Kadang bisa ditutupi dengan agak dipaksakan (*karena skill “basa basi busuk” memang penting di tengah
lingkungan masyarakat kita dan hal yang harus saya terapkant, walaupun
nggak akan bisa terjadi secara alami), terutama kalau mood sedang benar-benar
bagus.
~Masih
berkaitan dengan poin barusan, jangan marah kalau menyapa seseorang saat
berpapasan dan hanya dapat respon seadanya (*kurang senyum/kurang antusias/dll)
atau telat respon. Kemungkinan besar dia introvert; kita memang sering ala
kadarnya merespon panggilan akrab karena kurang tanggap menghadapi interaksi
sosial yang muncul tiba-tiba (*apalagi kalau kepala sedang sibuk memikirkan
sesuatu).
~Kalau mengajak seorang introvert untuk kumpul-kumpul atau acara bersama dan dia menolak, jangan langsung asumsikan dia ada masalah dengan orang yang mengajak/acaranya/dirinya sendiri. Orang introvert nggak segan memilih untuk beraktivitas sendiri (*baca buku di rumah, meneruskan pekerjaan) dibanding kegiatan bersama JIKA memang mood-nya sedang ingin sendiri. Ini beda dengan ekstrovert, yang biasanya akan selalu memilih tidak sendiri dalam kondisi apapun kalau memang bisa.
~Ada
banyak orang yang menyatakan bahwa “kebahagiaan terbesar adalah bisa membuat
diri berarti bagi orang lain”, tapi saya sejujurnya tidak merasa begitu.
Kebahagiaan terbesar saya adalah saat berhasil mengekspresikan diri saya lewat
sesuatu dan membuat diri saya berarti bagi diri sendiri. Kalau ada orang
lain yang mengapresiasi dan terkena efek positif dari apa yang saya lakukan,
bagus; tapi itu bonus buat saya, bukan hal utama yang saya cari. Makanya,
kebanyakan seniman (penulis/pelukis/musisi/dll) berasal dari kalangan introvert,
khususnya mereka yang tujuan utamanya berkarya memang untuk pengekspresian diri
sendiri demi kepuasan pribadi.
~Saya
agak kikuk berinteraksi fisik (berpegangan, peluk, cium, dsb.) dan selalu
merasa konyol sewaktu harus ikut yel-yelan, bertepuk tangan bersama, atau
mengeluarkan “pose-pose motivasi”. Hal-hal yang tujuannya untuk mengeratkan
spirit komunal itu nggak pernah berarti banyak bagi saya.
~Saya
nggak menyenangi ritual (upacara bendera, pernikahan, pemakaman, kelulusan, dll)
dan kalau memungkinkan selalu memilih untuk nggak menjalankannya, atau paling
nggak membuatnya sesederhana mungkin.
Ya,
jadi itulah hal-hal utama yang saya dan teman saya rasakan. Tentunya, saya
nggak jamin semua hal di atas itu adalah ciri introvert atau setiap introvert
pasti merasakan semua itu. Hanya sebatas sharing dan usaha penjelasan dari apa yang sering kali disalahpahami oleh kebanyakan orang =)
Untuk
para introvert di luar sana yang masih galau identitas: jalani hidup sesuai
yang kamu yakini. Buat dan hasilkan sesuatu. Selalu ambil keputusan akhir dari
apa yang kamu benar-benar yakini. Tapi, tetap terima dan dengar masukan
pendapat orang lain. Cari orang-orang yang bisa sepaham dan mengerti kamu,
pertahankan orang-orang itu. Dunia memang bukan milik kita sendiri, tapi bukan berarti kita harus mengorbankan jati
diri untuk bisa hidup di dunia ini.
Oooh...sepertinya saya introvert, tapi masih belum yakin :) Ada caranya untuk tahu apa kita itu ekstro atau intro?
ReplyDeleteCukup dengan merenung sih biasanya, hehe. Ada beberapa jenis tes intro/ekstro, tapi ini salah satu yang lebih simpel dan menurut saya cukup akurat: http://www.deepspirits.com/mind/personality/extrovert-introvert.php
ReplyDeleteaku cowok dan aku orangnya introvert banget. temen aja dikit banget, itupun bisa diitung pake sebelah tangan aja. Tapi sekarang aku lebih menikmati ke-introvert-anku ini... :D
ReplyDeleteYa memang harus dinikmatin :] Introvert mungkin temannya lebih dikit, tapi biasanya juga lebih awet, hehe...
ReplyDelete