Sunday, June 9, 2013
Anak Lelaki yang Bermain Layangan
Jauh jalan yang harus kau tempuh
Mungkin samar bahkan mungkin berat
Tajam kerikil setiap saat menunggu
Engkau lewat dengan kaki tak bersepatu
Duduk sini Nak, dekat pada bapak
Jangan kau ganggu ibumu
Lekaslah turun dari pangkuannya
Engkau lelaki...kelak sendiri.
(Nak - Iwan Fals)
Di rumah seberang, ada sebuah keluarga. Seorang ibu, seorang anak perempuan tertua, seorang anak lelaki menjelang remaja dan seorang bocah kecil. Sang ayah, sang suami, sang kepala sudah tiada.
Si dua anak lelaki itu senang bermain layangan. Saat pagi, waktu angin bahkan belum berhembus kencang. Saat siang, waktu matahari terik dan ibu mereka sibuk membersihkan rumah orang. Saat senja, waktu kakak perempuan mereka pulang kerja dengan wajah lelah.
Malamnya, mereka bermain gundu. Butiran-butiran kecil berwarna-warni mereka sentilkan diiringi teriakan gembira. Tanpa beban, tanpa ketakutan akan hari esok. Anak lelaki yang pertama tidak mau meneruskan sekolah, ia memilih layangan di langit, komputer di warung internet dan gundu di jalanan dibanding buku pelajaran dan papan tulis. Anak lelaki yang kedua bagai bibit yang tumbuh di lahan yang gersang, terlalu lugu dan terlalu kecil untuk mengenali tatapan letih dan kerut-kerutan di wajah si Ibu.
Suatu saat nanti, mereka akan tumbuh. Mereka akan mengerti.
Semoga.
Labels:
Slice of my life
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment