Dari Israel, saya berlanjut ke Negeri Gajah Putih untuk memenuhi tantangan nonton berikutnya: 'film dari Thailand'. Tema ini disumbang oleh sobat nonton saya, Dion, penggemar film Thailand merangkap fanboy aktris Pimchanak 'Baifern' Luevisadpaibul. Dibanding dia, jam terbang saya nonton film Thailand jauh lebih sedikit; saya hanya pernah nonton Shutter dan Bad Genius, tapi saya suka dua-duanya (terutama Bad Genius yang merupakan salah satu film favorit saya dalam beberapa tahun terakhir). Jadi, saya lumayan bersemangat untuk mengeksplorasi lagi khasanah perfilman negara ini.
Setelah mengobok-obok katalog film Thailand di Netflix (yang koleksi film Asia Tenggaranya cukup oke), pilihan akhirnya jatuh kepada film horor Inhuman Kiss.
Sutradara: Sitisiri Mongkolsiri
Durasi: 122 menit
Pemain: Phantira Pipityakorn, Oabnithi Wiwattanawarang, Sapol Assawamunkong, Surasak Wongthai
Staf Kunci: Chukiat Sakveerakulr (penulis naskah); Pithai Smithsuth (sinematografi); Pithai Smithsuth (musik); Manussa Vorasingha, Abhisit Wongwaitrakarn (editing)
Distributor: M Pictures/Netflix (bisa ditonton di website Netflix)
Krasue dalam film ini dikisahkan tengah meneror sebuah desa pada periode 1940-an di Thailand, dengan memangsa hewan ternak para penduduk di malam hari. Di desa ini, tinggal gadis remaja bernama Sai (Phantira Pipityakorn), yang tumbuh bersama teman-teman masa kecilnya, Jerd (Sapol Assawamunkong), Noi (Oabnithi Wiwattanawarang), dan Ting (Darina Boonchu). Pada suatu hari, Noi yang sudah lama meninggalkan desa, pulang kampung bersama pasukan pemburu krasue yang dipimpin seorang pria tua obsesif, Tad (Surasak Wongthai). Cerita berkembang menjadi roman cinta segitiga antara Sai, Noi, dan Jerd, sementara perburuan krasue terus berlanjut dan rahasia kelam pun satu-persatu terkuak...
Tema tentang simpati terhadap sosok 'monster' dan kisah asmara antara manusia dengan 'monster' sebenarnya bukan hal baru dari sejak zamannya Frankenstein hingga Twilight. Namun, yang jadi tantangan tersendiri di sini adalah bagaimana 'memanusiawikan' krasue, sosok yang citranya mengerikan nan menjijikkan (masih jauh lebih gampang menampilkan vampir kece, misalnya, dibanding kepala cewek yang melayang-layang dengan organ masih gelantungan). Di sinilah tata artistik dan efek visual sangat berperan, dan sukses menampilkan sosok krasue yang semakin lama semakin terlihat memukau dalam ketragisannya. Estetika visual filmnya memang menonjol, dari pemilihan warna yang indah dan halus, hingga adegan klimaks luar biasa dengan efek laga yang tidak kalah dahsyat dibandingkan film superhero Barat.
No comments:
Post a Comment